Setan terbelenggu dan terbatasi ruang geraknya oleh orang-orang yang berpuasa Ramadan. Tentu dengan syarat puasa itu dijalankan senantiasa memenuhi syarat, rukun, dan adabnya.
Wakil Kepala Sekolah bidang Humas SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Solo, Dwi Jatmiko, menyampaikan hal itu saat acara istimewa bertajuk “Nuansa Ramadhan 1445/2024 Hijriyah Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta live Pro 1 AM 972 KHz, FM 101 MHz, dan Pro 4 95,2 FM” Rabu (20/3/2024) pukul 16.45 WIB hingga17.40 WIB. Sebagai host pada acara ini adalah Nana Hardant Santoso.
Melalui rilis yang, Jatmiko menyampaikan, bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. “Maka ketika kita membaca Al-Qur’an hendaklah kita meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk, hal ini sesuai Al-Qur’an surat An-Nahl: Ayat 98,” katanya.
Kebiasaan seperti ini, sambungnya, insya Allah setan kabur ketika dibacakan ta’awudz atau doa untuk meminta perlindungan Allah SWT dari godaan setan. Membuat lisan semakin suci. Dekat dengan para malaikat. Menunjukkan pribadi seseorang dekat dengan Al-Qur’an. Dan setan paling marah jika seseorang dekat dengan hal yang baik. Menurut Jatmiko, bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. “Maka tidak ada salahnya kita semarakkan bulan Ramadan dengan membaca Al-Qur’an diawali dengan doa ta’awudz,” jelasnya.
Al-Qurán ibarat obat bagi penyakit yang ditanam setan di hati manusia, berupa was-was, syahwat, atau berbagai keinginan yang buruk. Sebelum membaca Al-Qurán, Allah perintahkan agar pembaca membersihkan hatinya dari penyakit yang disebarkan setan, hingga hatinya menjadi bersih, agar memungkinkan untuk mendapatkan hikmah dari tadabbur Al-Qur’an.
Dia menambahkan, Al-Qur’an merupakan nutrisi bagi hati yang berisi petunjuk, ilmu, dan kebaikan, sebagaimana air merupakan nutrisi bagi tanaman. Sementara setan adalah api yang akan membakar tanaman itu, setahap demi setahap. Ketika tanaman ini tumbuh subur, setan akan berusaha merusaknya dan membakarnya. “Oleh karena itu, Allah perintahkan membaca isti’adzah, supaya perusak ini terusir, agar tidak merusak tanaman subur setelah mendapatkan siraman dari Al-Qur’an,” urainya.
Dia menyampaikan bagaimana kata ta’awwudz terambil dari kata adza-ya’udzu yang dibentuk oleh ketiga huruf ‘ain, wauw, dan dzal yang mengandung makna dasar “perlindungan kepada sesuatu”.