Naskah Khutbah Idul Adha Momentum Peningkatan Amal Sholeh

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberikan sarana di bulan Dzulhijjah ini untuk peningkatan iman dan amal shalih, khususnya pada sepuluh hari awal Dzulhijjah yang dijadikan oleh Allah sebagai hari-hari sangat istimewa untuk meningkatkan iman dan amal shalih.
Naskah khutbah Idul Adha 1446 H oleh Dai Champions MUI Pusat Dwi Jatmiko, M.Pd., Gr., CPS.

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا, لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ اِلَّا اِيَّاهُ ,مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ, وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ, لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ,

وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ, لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَر, اللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Naskah khutbah Idul Adha 1446 H oleh Dai Champions MUI Pusat Dwi Jatmiko, M.Pd., Gr., CPS.

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberikan kita nikmat sehat, umur panjang, serta kesempatan untuk bertemu dengan hari yang mulia ini, Idul Adha 1446 H.

Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWTyang telah  memberikan  kita  berbagai kenikmatan sehingga  kita dapat melaksanakan shalat  Idul  Adha  dengan  penuh khidmat dan khusyu’. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang istiqomah dalam beribadah.

Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqomah sampai akhir jaman.   Selaku khatib kami mengingatkan kepada diri sendiri dan kepada seluruh jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT terutama pada hari ini yang termasuk hari-hari terbaik di bulan Dzulhijjah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid (HR. Ahmad)

Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang istimewa, keistimewaan itu disebutkan oleh Allah SWT bahwa bulan Dzulhijjah sebagai salah satu dari empat bulan yang dimuliakan atau diharamkan. Keistimewaan itu ditandai dengan pelaksanaan ibadah haji oleh Sebagian umat Islam. Jutaan umat Islam hadir di tanah suci, datang dengan latar belakang yang berbeda, beda kebangsaan, ras, warna kulit, budaya dan strata sosial. Walaupun berbeda satu sama lain, namun mereka memiliki tujuan yang sama yakni memenuhi panggilan Allah SWT untuk menjadi tamu-Nya serta bertauhid meng- Esakan-Nya semata.

Ibadah haji menjadi sarana yang luar biasa untuk meningkatkan ketaatan dan kedekatan spiritual kepada Allah SWT. Rangkaian manasik haji sarat nilai-nilai keimanan. Pakaian ihram menjadi simbol kesucian, kesederhanaan, kesetaraan dan kepasrahan. Ketika berihram jama’ah haji rela meninggalkan seluruh atribut yang menampilkan identitas dan status sosial.

Puncak dari amaliah haji adalah wukuf di Arafah. Di tempat mulia ini, setiap jamaah akan lebih merasakan kedekatan dengan Rabbnya dan disatukan hati mereka dengan sesamanya. Mereka bersama-sama larut dalam sujud, dzikir, memuji Allah SWT dan mengagungkanNya, saling mendoakan untuk kebaikan dunia dan akhirat.

Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Seluruh rangkaian ibadah haji baik rukun, wajib dan sunnah haji menjadi jalan untuk meraih derajat ketaqwaan dan kemabruran. Tentu banyak jamaah haji yang mempunyai harapan ibadah haji yang mabrur karena haji mabrur balasannya adalah  surga sebagaimana  disabdakan  oleh  Rasulullah SAW :

Haji yang mabrur itu tidak ada balasan lain baginya kecuali surga.(HR. Bukhari-Muslim)

Tanda kemabruran haji tidak hanya terlihat dalam pelaksanaan ibadah di tanah suci, tetapi juga setelah pulang ke tanah air menjalani kehidupan di masyarakat. Imam Nawawi menjelaskan bahwa tanda-tanda haji mabrur setelah pulang dari haji antara lain, seseorang menjadi lebih baik akhlaknya, lebih tekun ibadahnya, lebih peduli terhadap sesama, dan menjauhkan diri dari dosa-dosa.

Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Bagi  kaum  muslimin  yang  tidak  sedang  melaksanakan  ibadah  haji, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberikan sarana di bulan Dzulhijjah ini untuk peningkatan iman dan amal shalih, khususnya pada sepuluh hari awal Dzulhijjah yang dijadikan oleh Allah sebagai hari-hari sangat istimewa untuk meningkatkan iman dan amal shalih.

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda; Tidak ada  hari-hari yang  amal  shalih di  dalamnya  lebih  dicintai  oleh  Allah daripada hari-hari ini.” Yakni, 10 hari pertama dari bulan Dzulhijah. Mereka (para shahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, dan tidak juga berjihad di jalan Allah (lebih utama darinya)?” Beliau bersabda, “Dan tidak juga berjihad di jalan Allah (lebih utama darinya), kecuali seseorang yang berjuang dengan dirinya dan hartanya, lalu ia tidak kembali dengan apa pun.

Berdasarkan hadis shahih ini Allah SWT mengistimewakan amal shalih yang dilakukan pada 10 hari di awal Dzulhijjah dan melipatgandakan pahalanya bahkan bisa melebihi pahala jihad. Hal ini berarti Allah  SWT mendorong dan memotivasi kita untuk meningkatkan amal shalih di bulan ini.

Keistimewaan amal shalih yang dapat dikerjakan oleh kita semua seperti menjaga amalan ibadah wajib  karena mengerjakan amal ibadah wajib merupakan seutama-utamanya amal di sisi Allah SWT. Allah SWT berfirman di dalam hadis qudsi ; Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Tidaklah seorang hamba–Ku mendekatkan diri kepada–Ku dengan sesuatu yang lebih  Aku  cintai  daripada  hal–hal  yang  telah  Aku  wajibkan  baginya.” (HR. Bukhari)

Selain itu disyariatkan melaksanakan amal-amal sunnah seperti berpuasa hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah, memperbanyak dzikir dan takbir, serta menyembelih udhiyah atau hewan qurban pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq.

Jamaah Shalat Idhul Adha yang dimuliakan Allah Ta’ala

Menyembelih udhiyyah atau hewan qurban merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan kepada umat Islam di bulan Dzulhijjah. Di samping mendatangkan pahala yang besar, juga terdapat kemanfaatan dan hikmah yang luar biasa pada ibadah sunnah muakkad ini. Ibadah qurban terkait erat dengan teladan ketaatan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail alaihimassalam. Ketaatan, ketulusan, teguh pendirian dan konsistensi nabi Ibrahim dan keluargnya merupakan teladan  utama  sepanjang  masa.  Tidak  terbayangkan  Nabi  Ismail  alaihissalam. Sebagai  anak yang saat itu sangat dicintai, karena perintah Allah Ta’ala harus disembelih oleh Nabi Ibrahim alaihissalam. Nabi Ibrahim tidak gentar melaksanakan perintah Allah SWT. Begitu juga Ismail muda tanpa ragu mengiyakan perintah Allah SWT melalui ayahnya tersebut. Menurut Imam al Farra’ seorang ahli bahasa Arab dalam Tafsirnya Kitab Ma’ani Al Quran bahwa usia Nabi Ismail alaihissalam saat itu 13 tahun. Mereka tunduk dengan syariat Allah dan karena ketundukkan dan ketaatannya. Allah SWT pun menggantikan Ismail dengan hewan kambing yang sangat bagus saat dia akan disembelih. Kisah ini dijelaskan dalam QS. As-Shaffat: 102-107;

Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya) Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan  mimpi  itu  sesungguhnya  demikianlah  Kami  memberi  balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Peristiwa  besar  dan  agung  pengorbanan dan kerelaan  Nabi  Ibrahim alaihissalam  untuk menyembelih putra yang sangat dicintainya yakni Nabi Ismail alaihissalam, tentunya mengandung banyak hikmah dan pelajaran yang sangat berharga bagi seluruh umat manusia untuk dipahami dan diteladani dalam bentuk penyembelihan hewan qurban. Pelajaran yang bisa kita implementasikan dalam kehidupan kita antara lain :

Pertama, cinta hendaknya dicurahkan kepada Allah  SWT sebab nikmat Allah SWT yang tidak terhitung nilai dan jumlahnya senantiasa mengucur dalam setiap jengkal kehidupan manusia. Allah SWT berfirman; Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. Maka,  laksanakanlah  salat  karena  Tuhanmu  dan  berkurbanlah!  (QS.  Al- Kautsar:1-2)

Kedua, sejatinya ibadah qurban adalah perintah untuk mengorbankan sifat egois, sikap mementingkan diri sendiri, rakus dan serakah dan menggantikannya dengan sikap empati, simpati dan peduli kepada sesama manusia dalam bentuk solidaritas sosial.

Ketiga, perintah berqurban adalah perintah bagi mereka yang memiliki kelebihan rezeki dan membagikan dagingnya untuk kaum miskin dan dhuafa. Hal ini sangat   bermanfaat   untuk   meningkatkan   kesejahteraan   kaum   dhuafa   dan mengurangi ketimpangan sosial.

Keempat,  hewan  qurban  akan  menjadi  saksi  kebaikan  dan  kebajikan shohibul qurban pada hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda; Sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku- kukunya & bulu-bulunya (HR Ibnu Majah).

Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Demikian khutbah Idul Adha pagi hari ini, sebagai penutup marilah kita berdoa semoga kita diberi sikap istiqomah oleh Allah SWT untuk bisa beramal terbaik sehingga keimanan dan amal sholeh kita semakin meningkat, memohon kepada Allah kemudahan untuk dapat meneladani sifat dan sikap Nabi Ibrahim bersama keluarganya, serta semoga ibadah kurban yang kita laksanakan dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan kepedulian sosial kita terhadap sesama.

Mari kita bermunajat kepada Allah dengan khusyuk dan penuh pengharapan. Semoga Allah SWT menjadikan kita umat yang peduli terhadap sesama. Berikanlah kami keberkahan dalam harta dan rezeki kami sehingga kami dapat membantu mengurangi penderitaan sesama kami. Jadikan kami umat yang bermanfaat bagi umat manusia, terutama bagi mereka yang sedang berada dalam kesulitan. Amin ya Rabbal ‘Alamin. Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd.Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

Berita Terkait

Berita Terkini

Berita Populer