daidwijatmiko.com – Takbiran Idul Adha Berakhir
وَعَنْ نُبَيْشَةَ اَلْهُذَلِيِّ - رضى الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -{ أَيَّامُ اَلتَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ, وَذِكْرٍ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ } رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Nubaisyata Al Hudhali Radhiallahu Anhu berkata, bersabda Rasulullah shalallahu alayhi wasallam:
“Hari-hari tasyrik adalah hari-hari makan, minum, dan berzikir kepada Allah Azza wa Jalla.” (HR Muslim)
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:
1- Takbiran hari raya idul Adha yang terikat waktu adalah takbiran yang dilaksanakan setiap selesai melaksanakan shalat wajib. Takbiran ini dimulai sejak setelah shalat subuh tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah shalat Asar tanggal 13 Dzulhijjah.
2- Takbiran hari raya Idul Adha yang tidak terikat waktu(takbir mutlak) adalah takbiran yang dilakukan kapan saja, dimana saja, selama masih dalam rentang waktu yang dibolehkan.
Takbir mutlak menjelang Idul Adha dimulai sejak tanggal 1 Dzulhijjah sampai waktu asar pada tanggal 13 Dzulhijjah. Selama tanggal 1 – 13 Dzulhijjah, kaum muslimin disyariatkan memperbanyak ucapan takbir di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja. Boleh sambil berjalan, di kendaraan, bekerja, berdiri, duduk, ataupun berbaring. demikian pula, takbiran ini bisa dilakukan di rumah, jalan, kantor, sawah, pasar, lapangan, masjid, dst.
3- As Shan’ani mengatakan: “Penjelasan tentang lafadz takbir sangat banyak dari berberapa ulama. Ini menunjukkan bahwa perintah bentuk takbir cukup longgar. Disamping ayat yang memerintahkan takbir juga menuntut demikian.”
Maksud perkataan As Shan’ani adalah bahwa lafadz takbir itu longgar, tidak hanya satu atau dua lafadz. Orang boleh milih mana saja yang dia suka.
Contoh lafadz takbir
– Takbir Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Riwayat dari beliau ada 2 lafadz takbir:
أ- اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
ب- اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
– Takbir Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma:
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَأَجَلُّ
اللَّهُ أَكْبَرُ، عَلَى مَا هَدَانَا
Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur’an:
– Di antara dalil yang mensyariatkan takbir pada hari raya idul Adha adalah firman Allah Ta’ala,
إِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah.” (QS. Al-Baqarah: 200)
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ لِمَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203)
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ ۖ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. Al-Hajj: 28)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ قَالَ وَكَانَتْ عَائِشَةُ إِذَا عَمِلَتْ الْعَمَلَ لَزِمَتْهُ
“Dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus (dilakukan) meskipun sedikit.’ Ia berkata; Dan Aisyah, bila ia mengerjakan suatu amalan, maka ia kan menekuninya.” (HR: Muslim)
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:
1- Melakukan suatu amal shaleh atau melaksanakan suatu amal ibadah adalah amalan yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan tetapi amalan yang paling dicintai-Nya adalah amal baik yang dilakukan terus-menerus atau konsisten, meskipun amalan tersebut secara kuantitas terbilang sedikit.
2- Untuk menjaga istiqomah dalam ketaatan setelah idul Adha, berikut ini beberapa amal ibadah yang sangat dianjurkan untuk tetap kita amalkan, diantaranya adalah sebagai berikut :
– Melanjutkan Kebiasaan melakukan puasa sunnah
meskipun tidak ada puasa khusus setelah hari tasyriq dalam bulan dzulhijjah, tetapi kita tetap bisa menghidupkan puasa-puasa sunnah, puasa senin-kamis,
puasa ayyamul bidh (setiap tanggal 13–15 setiap bulan hijriyah).
Hanya saja, untuk puasa ayyamul bidh di bulan Dzulhijjah ini, boleh kita lakukan pada tanggal 14–15-16 dzulhijjah, karena tanggal 13-nya termasuk hari Tasyriq, sehingga di hari itu kita tidak boleh berpuasa),
puasa daud bagi yang terbiasa rutin melakukannya.
– Tetap rajin membaca dan mengkaji Al-Qur’an.
Jadikanlah membaca dan mempelajari Al-Qur’an sebagai kebiasaan harian, walaupun hanya beberapa ayat.
– Tetap semangat mengerjakan berbagai sholat-sholat sunnah,
sholat dhuha, minimal 2 rakaat,
qiyamul Lail (sholat tahajud), meskipun 2 rakaat ditambah satu witir), sungguh ini sangat besar nilainya di sisi Alloh ta’ala, semangat mengerjakan sholat-sholat sunnah rowatib (sebelum atau sesudah sholat wajib), dan lain-lain.
– Rutin membaca dzikir harian dan istighfar.
Yakni dengan rutin membaca doa/dzikir mulai dari bangun tidur sampai akan tidur lagi.
Demikian pula rutin membaca dzikir ba’da sholat wajib, dzikir pagi dan sore, dan lain-lain.
Kemudian juga memperbanyak membaca istighfar (permohonan ampun kepada Alloh), sebagai bentuk sikap tawadhu’ kepada-Nya dan mengharapkan ampunan-Nya.
– Tetap menjaga shilaturrahmi dan amal-amal sosial.
– Malanjutkan semangat berbagi dan bersedekah, sebagaimana yang dilakukan di hari Idul Adha,
senang menolong sesama, terutama mereka yang membutuhkan.
– Bersedekah secara rutin, meskipun sedikit.
– Menjaga hubungan baik dengan keluarga, dengan tetangga, dan juga dengan kaum muslimin pada umumnya.
– Tetap semangat menuntut ilmu agama dan banyak ber-muhasabah (introspeksi/evaluasi diri), menghadiri majelis-majelis ilmu yang ada.
– Jaga niat baik Kita, dan jaga pula lingkungan kita (terutama siapa orang-orang yang ada di lingkungan dekat kita).
– Meminta terus pertolongan kepada Alloh, agar diberi kekuatan untuk selalu bisa Istiqomah dalam beribadah dan beramal sholih.
Diantaranya adalah dengan berdoa seperti ini :
يا مقلب القلوب، ثبت قلبي على دينك.
“Wahai Alloh, Dzat Yang Membolak-balikkan hati, kokohkan/teguhkan hatiku ini di atas agama-Mu !”
Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur’an:
– Pulang yang paling menggembirakan dan membahagiakan tatkala diwafatkan dalam keadaan Istiqomah
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ ,نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ, نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah, ” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Fushshilat, ayat 30-32)