daidwijatmiko.com – Halalbihalal pasca-Ramadan merupakan tradisi khas masyarakat muslim Indonesia dan tidak ditemukan dalam budaya muslim di Arab. Khas dalam artian dilaksanakan pasca-Idul Fitri atau sepanjang bulan Syawal. Di Indonesia, halalbihalal menjadi sarana untuk saling memaafkan dan merajut kembali hubungan antarindividu dan komunitas.
Halalbihalal istilah lain dari silaturahmi. Halalbihalal adalah tradisi silaturahmi yang umum dilakukan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai pengetahuan tambahan yang bermanfaat bagi sesama anak bangsa dan siapa saja boleh ikut. Halal bihalal mula-mula dirintis Pangeran Sambernyawa. Lalu, dipopulerkan zaman Presiden Soekarno.
Guru Al Islam dan Kemuhammadiyahan SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Solo, Dwi Jatmiko, menyampaikan hal itu saat mengawali tausyiah Halalbihalal Rukun Tetangga (RT) 02 RW IV di Kelurahan Gajahan, Pasar Kliwon, Solo, Jumat (19/4/2024) malam. Kegiatan Halalbihalal bertempat di TK ‘Aisyiyah Gajahan yang beralamat di Jl. Patang Puluhan Gg. Ii/ 126 dan dihadiri Ketua RT 02 Santosa Subroto dan Lurah Gajahan, Suyono MHum.
Dwi Jatmiko mengingatkan, era modern ini, sesungguhnya bisa saja saling berucap maaf dilakukan lewat telepon seluler, bahkan lewat media sosial seperti Facebook, Twitter dan sebagainya. Akan tetapi kerinduan akan saling bertemu fisik tatap muka jauh lebih penting.
“Halal bihalal siapa saja boleh hadir. Tidak ada larangan. Halal merupakan lawan kata dari haram, menyelesaikan masalah, meluruskan benang kusut, mencairkan yang membeku, melepaskan ikatan yang membelenggu,” terang Jatmiko melalui siaran pers yang dikirim ke muhammadiyahsolo.com, Sabtu (20/4/2024).
Lantas dia mengutip Al-Qur’an Surat Ali Imran 133 yang artinya: “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”
“Insya Allah Ramadhan kemarin kita sudah menyambut dengan penuh kegembiraan nan suka cita, sekarang menuju pada ampunan Tuhan. Saling memberi maaf dengan simbol saling bersalaman,” ujar alumnus Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta ini. Dalam sambutannya, Lurah Gajahan Suyono, mengatakan semua makhluk tempatnya salah, apalagi manusia. Lupa dan khilaf. “Kami mewakili pemerintah kelurahan Gajahan. Kami mohon maaf lahir batin sekaligus sebagai keakraban kami. Demikian saya sebagai makhluk banyak kekurangannya,” ujarnya.